Jumat, 24 Agustus 2012

Ramadhan Tahun Ini dan Kisah Selanjutnya

Semuanya ingin merasa nyaman, baik lelaki maupun perempuan, begitu juga saya, dan sampai saat ini aku belum tau akankah nyaman berada di sisi Uda atau malah sebaliknya. Tapi saya selalu ingat kata salah seorang teman baha mestinya kita selalu berfikir positif untuk hidup yang kita jalani. menjadikannya terasa indah dan dapat dinikmati. Kembali pada Uda, orang yang sekitar 3 bulan masuk dalam kehidupanku lebih dalam dan lebih dekat, bagaimana awalnya ingatan saya belum terlalu baik untuk kembali menuliskannya, 11 Ramadhan kata Uda ketika mengingatkan saya tanggal kami memulai untuk saling mengenal lebih jauh. Uda baik kata orang, Uda jarang marah dan bahkan gak pernah marah kata orang, Uda gak merokok dan ini masih kata orang, Uda suka menolong lagi-lagi masih kata orang. Bukan saya tidak mengenal Uda, saya mengenalnya. Sebelum 11 Ramadhan saya sering bicara dengannya, bertemu dalam suatu pekerjaan juga pernah, tapi hanya sekedarnya. Sayapun tidak tau kenapa Uda memilih saya untuk jadi salah satu dari sekian orang yang ingin Uda kenal, dan jujur saya cukup senang.
2 bulan berjalan biasa, kami memulai dengan pembicaraan dan obrolan ringan, saya rasa kami cukup dewas, tidak ada saling marah dan terlalu cemburu. Saya selalu tersenyum saat Uda telpon, semakin lama bicara dengan Uda semakin dekat rasanya, tapi beberapa kali timbul perasaan takut.
Maaf...kadang apa yang Uda harapkan banyak berbeda dengan saya.
Pernah Uda meminta saya berkerudung lebih lebar, bukan saya tidak mau Uda, tapi mungkin belum saatnya.
Uda juga pernah bicarakan masalah pekerjaan, nantinya Uda ingin saya tidak banyak kerja diluar rumah, tapi saya berfikir lain, pengalaman hidup ajari saya satu hal tentang perempuan, tentang perempuan lemah dah tidak mandiri, nantinya saya bisa apa? sedikitpun tak bisa apa-apa, rasanya saya akan jadi orang paling egois untuk adik-adik saya, saya tak punya maksud terlalu muluk-muluk, saya hanya ingin bisa sedikit bantu. Mungkin hidup Uda tak sesulit saya selama ini, saya faham, tapi saya juga ingin Uda tahu tentang perasaan saya saat melihat mata gundah ibu, rasanya saya tak ingin punya mata gundah serupa nantinya, beberapa kali ibu juga pernah bicarakan ini dengan saya.
Kali lain Uda bicarakan masalah anak angkat, waktu itu saya fikir Uda terlalu jauh berbicara, tapi saya masih tetap ikuti, tapi diam-diam saya jadi berfikir lebih kerap, seoerti stres dini saya terlalu berfikir pusing, diawal pernikahan nanti mungkin saya akan sangat sulit beradaptasi, mengkondisikan diri sebagai istri, memerankan peran sabagai menantu, mengerjakan pekerjaan rumah dan banyak balu yang saya masih perlu adaptasi, saya ingin Uda mengerti mungkin nantinya saya masih belum sanggup untuk adopsi, saya juga masih belum tau apakah nantinya saya akan mulai menyukai baby, saya masih perlu belajar ini itu, saya harap Uda tidak menjejali banyak hal bertubi nantinya, tapi saya selalu akan berusaha demi Uda. Saya janji untuk ini
Sayangnya sampai detik ini saya masih bingung, saya berfikir komitmen yang kita jalani terlalu cepat saya proses, entah otak bagian mana yang saya gunakan untuk menjalani semua ini, bapak dan ibu saya saja tak sedikitpun saya libatkan, rasanya terlalu cepat saya memutuskan. Tapi bukan berarti saya sesali apa yang sudah kita jalani, saya sangat menikmatinya, saya senang ada Uda untuk saya, saya bersyukur dipertemukan dengan Uda, Banyak pelajaran sang saya pelajari dari Uda...tentang kesabaran,kepedulian, menghormati, menghargai orang lain, membina hubungan dengan baik dan masih banyal hal lain. Uda tidak perlu khawatir tentang perasaan saya, seserius apa Uda, seserius itu pulalah saya. Jadi jangan lagi mempertanyakan kangen atau tidak saya, karena saya selalu malu ketika Uda tanya tentang hal itu, karenanya saya selalu bilang tidak. Rupanya saya terlalu malu ketika uda serempetkan bahasa setara romantis ketika berbicara.

Sabtu, 11 Februari 2012

Selamat Ulang Tahun Muhammad-ku

PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw sudah menjadi tradisi positif dimana-mana, khususunya di seluruuh pelosok nusantara. Tetapi, siapakah orang yang pertama kali merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw secara terang-terangan dan besar-besaran? Syeh Muhammad Ali Qudus menjelaskan, bahwa orang yang pertama kali merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saew adalah Al-Malik Al-Mudoffar Abu Said dari Ibril. Di mana beliau merayakannya pada bulan Rabiul Awal dengan perayaan yang sangat luar biasa. Sedangkan orang yang menulis seputar perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw adalah Al-Hafid Ibnu Dahiyyah dengan judul ‘’Al-Tanwir fi Maulidi al-Siraji al-Munir’’. Kitab ini satu-satunya buku yang secara khusus membahasa tuntas masalah peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Selanjutnya, muncullah kitab-kitab baru yang merujuk pada di atas hingga sekarang. Selanjutnya, Syeh Muhamamd Ali Qudus mengatakan bahwa merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw adalah perkara bid’ah, tetapi bidah yang bagus (Bidah Hasanah). Syeh Al-Imam Abu Samah Gurunya Imam Nawawi mengatakan:’’ dari sebagian perkara bid’ah yang berkembang di jaman sekarang ini (dulu) sebagaimana yang dilakuan oleh banyak orang setiap tahun yang bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad Saw, seperti; Sedekah dan amal kebaikan, menampakkan kebagiaan dan kegembiraan. Sesungguhnya yang demikian itu bagian dari perbuatan baik (ihsan) bagi orang-orang miskin yang merasakan atas rasa cinta kepada Nabi Muhammad Saw dan meng-agungkannya. Dan, juga wujud rasa Syukur atas kehadiran Nabi Muhammad Saw yang di utus oleh Allah Swt untuk memberikan rahmat kepada alam semesta. Ibnu Hajar-pun angkat bicara masalah ini, sebagaimana dalam sebuah pernyataan Syeh Muhammad Aloi Qudus bahwa Syeh Ibnu Hajar mengambil istimbath (pendapat) yang menyatakan bahwa Maulid Nabi Muhammad Saw bersumber pada Sunnah Nabi Saw. Beliau mengutip salah satu hadis Nabi Saw yang menjelaskan saat Nabi Saw menginjakkan kaki di kota suci Madinah, beliau Saw mendapatkan penduduk Madinah (Yahudi) sedang berpuasa bulan Al-Syura’. Melihat orang-orang Yahudi berpuasa, lantas Nabi Muhammad Saw bertanya kepada mereka seputar puasa tersebut, kemudian mereka menjawab:’’ hari itu adalah hari tenggelamnya Firaun, dan hari keselamatan Nabi Musa as’’. Dan kami berpusa sebagai bentuk rasa Syukur atas keselamatan Musa as. Mendengar jawaban itu, Nabi Saw menjawab singkat:’’ kalau begitu, kami lebih berhak terhadap Nabi Musa dari pada kalian’’. Hadis ini juga mengisyaratkan bahwa bersyukur terhadap anugerah Allah Swt pada waktu atau hari tertentu, atau terhadap kenikmatan yang begitu agung atas kehadiran Nabi Muhammad Saw. Bentuk rasa Syukur dengan cara merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw, bisa dirayakan dengan bermacam-macam, seperti; memperbanyak sedekah, shlolat sunnah, rajin puasa sunnah, membaca al-Qur’an, bukan merayakan dengan perayaan yang dilarang oleh ajaran dan bertentangan dengan agama dan moralitas Demikian yang berhasil saya kutip dari situs "kompasiana" Entah apa aja yang di tuliskan redaktur kompasiana, yang jelas aku turut merayakan hari lahirnya Rasulku. Begitu juga D'Zaki yang dengan penuh semangat melantunkan lagu yang dipopulerkan Hadad Alwi dan Anti "muhammadku-muhammdku dengarkanlah seruanku, aku rindu-aku rindu kepadamu Muhammadku....." Demikian suara cemprengnya bernyanyi dengan gaya khusyu'nya yang khas. Ini pertama kalinya setelah aku dewasa menikmati suasana maulid nabi di luar pesantren, dan aku jadi tersenyum. Masyarakat benar-benar beragam, Budayapun demikian. I. Di daerahku ada banyak keluarga yang merayakan maulid nabi, bahkan sebelum bulan maulid tiba sudah ada yang amolot, begitulah orang madura menyebut hari lahir Muhammad singkat. Mungkin ini hal biasa, yang menjadi keunikan tersendiri dalam pikiranku adalah ketika kalimat sallallahu 'ala muhammad dilantunkan bersamaan dengan berdirinya seluruh peserta atau undangan. Mereka semua berebut kue yang digantung di langit-langit ruangan. aneka jajanan yang biasa dijual di kantin-kantin SD, kisaran harganya kira-kira Rp. 100 sampai Rp. 1000. Tidak hanya itu

Sabtu, 04 Februari 2012

Hari Mingguku Sayang

Minggu pagi mungkin bagi kebanyakan adalah hari menyenangkan, setiap malam minggu aku selalu membayangkan bisa berkeliling arek lancor "tugu kebanggaan yang menjadi symbol kotaku" PAMEKASAN. Membayangkan bisa memiliki waktu sengang sampai jam 08.00 WIB. Menikmati udara sejuk di alun-alun kota yang diapit mesjid megah dan gereja besar. mencicipi jajanan-jajanan madura, meneguk jamu sehat, berkeringat segar setelah berlari-lari kecil mengelililngi area arek lancor. Ya benar...itu cuma bayangan, yang ketika membuka mata di minggu subuh harus aku tepis, dan tersenyum untuk hal lain yang lebih nyaman aku bayangkan UANG, hehehe materialistis banget ya pikirannya, padahal masih baru melek. Tapi itulah kenyataannya, mengajar les matematika dan B.Inggris setiap sore dan 6 jam di hari minggu adalah satu sebab aku bisa belanja sesuka hati. Dengan waktu soreku yang kujual untuk berteriak dan berhitung di depan anak setingkat SD aku bisa selalu tersenyum setiap awal bulan, RP. 700.000,- di tangan mungkin memang jumlah yang kecil, tapi setidaknya aku sangat bersyukur. Bersyukur karna tak lagi minta uang pada orang tua agar HP ku tetap berdering, bersyukur karena mampu memberi makan modem ini setiap bulan, bersyukur karena bisa bergaya layaknya orang kaya depan adik-adikku, mereka tinggal sebutkan ingin apa, maka dengan senang hati aku mengabulkannya. Hingga selalu aku berkata sambil menengadah ke langit Tuhan...ini kebahagiaan luarbiasa dan tidak lupa aku lanjutkan ungkapan Syahrini dengan serius Alhamdulillah Minggu pagiku boleh hilang, tapi bukan berarti aku tak menemukan kebahagiaan lain, karena kebahagiaan itu benar-benar aku yang ciptakan. Jam 07.00 di Minggu pagi, rasanya aku bernostalgia dengan Matematika saat masih dibangku SD. Saat aku sampai menangis karna tak cepat hafal perkalian dan selalu bingung pada pembagian. Mengingat saat bapak terlihat kesal karena aku lambat sekali faham, tersedu ketika tau aku tereliminasi untuk ikut lomba bidang studi matematika. Hemm....ingin lanjut ku tulis apa yang kuingat, tapi rasanya sudah sembab mata ini. Saat ini ketika aku dihadapkan kembali pada materi Matematika, yang dulu aku berusaha keras mempelajarinya hingga nilai 95 berhasil menjadi nilai akhirku, aku bergumam kecil ya ampun...dulu ko' aku segitunya ya...?! Gampang gila!. Ini komentarku yang sedikit sombong. Sombong? Pada siapa? Anak SD? Hehehe lagi-lagi aku bergumam Dulu aku separah mereka gak ya??? enggak ah.... Hemm...lagi-lgi sombong. 18 anak kelas V SD murid pertamaku di hai minggu, mereka bertemu denganku lagi pada hari jum'at setelah asar sampai jam 5 sore...huft...I Love Them, mereka seperti potret masa kecilku. Berburu ilmu, bertengkar, mencari teman, bingung akan melanjutkan sekolah, malas belajar, takut ortu, pengen jalan-jalan dan lainnya. Seandainya diatas kepala mereka tertulis status FB, mungkin yang tercatat di wall-nya adalahh Habis les mau ke kolam renang atau Habis ini langsung cari bakso atau mumpung minggu maen di golden yuk Hemmm...pikiran untuk bermain pasti sedang memenuhi rongga kepala mereka, tapi yang buatku terharu mereka selalu bertanya Habis ini selesai soal lagi ya Bu? Entahlah itu pertanyaan semangat atau malah pertanyaan khawatir. Yang jelas aku bersemangat untuk mereka Babak ke-dua di Minggu pagiku, ini adalah moment yang entah aku suka atau aku lelah. Murid-muridku kali ini hanya 6 orang. 4 orang masih duduk di kelas 1 SD, satu orang lagi kelas II, satu lagi seusia D'Vela yang seharusnya kelas VI tapi malah masih kelas IV. Aku katakan mereka special. Mereka berjalan masih berjarak dua rumah dari rumahku suaranya sudah terdengar. Riuhnya, ramainya, cemprengnya, tangisnya, teriakannya selalu sukses membuatku bosan tapi selalu rindu. Mereka semua anak desa, berbeda dengan murid babak pertamaku di Minggu pagi yang notabenenya anak kota. Anak-anak special ini adalah mimpi para orang tua yang berharap anak-anaknya bisa casciscus berbahasa Inggris. Mereka datang dengan semangat yang komplit, aku katakan komplit karena mereka datang tidak hanya dengan tas berisi alat-alat tulis, tapi juga ada gangsing, balon tiup dan mainan-mainan lain. Mereka berteriak mengatakan bah I'm fine thank you miss kata-kata yang menjadi favorit bagi mereka untuk diteriakkan, meskipun aku belum bertanya, hehehe... Bersambung dulu ya ceritanya... Intinya Hari Mingguku tetap menyenangkan

Jumat, 07 Januari 2011

Aku Sudahi Dengan 8 Lembar Tissue Dan Bantal Kuyup

Semalam mungkin bisa dikatakan badai, mungkin juga bisa dikatakan saya sedang menutup pintu lain dan membuka pintu yang lain...saya menyelesaikannnya tepat 40 menit setelah jam 1 malam di 8 Januari 2011. Sebelum 8 januari disapa matahari. Aroma taun baru semalam memang sudah hilang, tapi saya masih saja mengenang catatan saya di akhir tahun 2010 tentang "Lovely Story dan Amazing Moment". Pagi ini saya menulis, setelah menikmati tidur setelah subuh dan bangun sekitar jam setengah sembilan pagi, masih dalam selimut, masih dengan mulut berbau naga, masih dengan mata sipit khas setelah banjir, masih dengan luka yang saya gali dalam semalaman. Pagi ini stelah saya rasa kuat menulis dan pastikan air mata gak akan besahi tangan yang menjalankan apa yang saya rasakan, saya bangkit bersandar dan mulai bercerita. Saya tau mata ini akan gagal tersumbat, tapi saya tetap paksa untuk duduk dan memelototi layar, harusnya saya gak sidih dengan apa yang saya pilih

Lovely Story
Tentang Uda yang selalu ada nemenin hari-hari saya belakangan ini,,, saya menjalani cerita indah yang jadi pengalaman pertama dalam hidup saya selama 5 bulan kurang, Dan semalam saya sudahi semuanya dengan kata-kata yang berat saya ucapkan,,, bukan Uda yang salah. Uda terlalu meMalaikat untuk jadi orang yang salah dalam masalah ini, terlalu cari alasan rasanya kalo saya jelaskan semuanya. Saya sadar semamalam saya jadi perempuan paling hina, perempuan paling kurang ajar, perempuan paling gak tau diri atau apalah kata-kata yang lebih tepat, saya sudah tidak tega dengan diri saya untuk lebih dikatai lagi. Saya gak bisa apa-apa selain bilang kata "maaf". Maaf mungkin saya korbankan kebahagiaan Uda *kalo memang bahagia* dengan cara begini. Masalahnya murni ada dipihak saya. Saya yang terlalu disibukkan dengan bahasa manusia, saya yang terlalu dipusingkan dengan kisah-kisah orang lain, saya yang terlalu dihantui rasa takut takut dan takut. Saya yang terlalu membebani hari saya dengan pikiran-pikiran rumit. Semua lahar ada pada saya, semua kebodohan ada pada saya.
Saya menyudahi ini bukan karena ragu sama Uda, bukan karena Uda, Bukan salah Uda. Berkali saya ulangi dua kalimat terakhir karena memang demikian adanya. Maaf Uda, saya gak bisa jawab pertanyaan Uda "Apa Vaiq masih yakin sama Uda?" ini karena saya gak ingin berbohong, dan saya juga gak ingin jujur. Saya gak mau lebih menyakiti, saya dzolim untuk ini. Maaf maaf maaf...bener-bener blank untuk menulis lagi. Kalimat terakhir Uda sebelum menutup telpon semalam benar-benar berhasil menguras air mata setengah malam, saya sedih, saya ambruk, saya sakit dengan keputusan saya sendiri. Tapi saya harus yakini, semalam saya minum jamu untuk kesehatah kita. terimakasih untuk semuanya. Maaf untuk pahitnya jamu yang saya racik. Semoga Uda bertemu dengan orang yang lebih tepat

Amazing Moment
Tentan seseorang yang saya kagumi, yang dengan dia saya merasa diperhatikan, merasa diingat bahkan sampai hal terkecil yang saya sudah lupa, merasa dipentingkan. Saya juga gak faham apa yang saya sudahi semalam. Saya menyudahi pikiran saya sendiri. Saya menyudahi perasaan saya, Saya menyudahi rasa bersalah saya, Saya menyudahi rasa takut saya. Saya menyudahi gelisah berlebih saya. Saya menyudahi gerak tangan kiri saya yang bertepuk tanpa mendapat sambutan tangan kanan.
Saya tau dia terlalu baik untuk saya buat terpaksa tersenyum ketika mobilnya hendak berlalu, Saya sadar orang ini terlalu tulus untuk saya buat tidak tidur hingga larut hanya untuk mengacak-acak hal yang tidak penting. Entah apalagi yang saya tau dan saya sadari. Tuhan sudah perpanjang jam tebang menyenangkan saya, dan saya mengharuskan diri saya turun perlahan semalam. Saya takut terjatuh sebelum turun. Semua ini menjadi hal termanis yang pernah saya alami, dan saya takut nantinya kadar gula saya tinggi hingga akan terkapar lebih lama dibanding hari ini. Terimakasih atas semuanya,,, sepeserpun saya gak bisa bales...saya cuma bisa senyum seperti yang diminta, meskipun saya tau gak seberapa dan terlalu sederhana. Terimakasih sudah pernah tulus dan sebaik ini sama saya. Semoga tuhan balaskan untuk saya dengan balasan lebih baik dalam kehidupannya. Saya harus berhenti mandi dalam fatamorgana. Maaf karna saya masih belum sukses belajar memintaa maaf dan berterimakasih.,hanya ini yang saya bisa.

Saya fikir saya benar-benar sudah kuat bercerita, tapi ternyata tidak. perempuan melankolis depan layar ini kembali menghabiskan lebih dari 8 lembar tissue. Saya gak tau kenapa spontan menyudahi keduanya dalam waktu yang begitu cepat. Saya juga gak tau kenapa saya memilih kacau dihari Sabtu. Ada yang bilang dulu saya anak baik-baik, saya ingin kembali pada lebel itu, saya bosan jadi perempuan sok manis, saya ingin ngasi entah apa yang saya punya. Saya malu, Saya takut, Saya gak tau saya masuk warung mana hingga saya mati rasa, Saya gak tau kenapa lebih milih masuk warung dibanding masuk akal sehingga saya lebih pilih rasa dibanding logika. Saya belajar tulus tapi bodoh. Ketika saya bilang polos itu mepet bodoh, saya rasa orang lebih anggap saya bodoh, saya gak bisa bahasakan apapun yang saya rasa lewat kata-kata. dan ketika saya menyalinnya dalam cerita, banyak hal yang masih saya hidden untuk kenyamanan saya. Saya ingin mulai semuanya dengan memulai mengenal kembali, dengan mendidik diri saya lebih baik lagi, dengan bersikap lebih wajar lagi, saya ingin kembali pada posisi ter-Ringan dalam hidup saya

Terimakasih...sudah banyak memberikan saya nuansa, sudah banyak mengajarkan saya tentang rasa

Selasa, 30 November 2010

Selamat Malam Uda

Selamat malam Uda...
Entah apa yang hendak saya ceritakan malam ini, malam ini saya sedang berbaring dalam keadaan hidung tersumbat, nafas tersengal-sengal, mata benar-benar tak mau untuk dipejamkan, pening sekali rasanya, memang sengaja menunggu malam sedikit larut untuk tertidur. Menunggu Uda telpon. Rasanya sudah menjadi kebiasaan setiap sebelum tidur mendengar suara Uda, jika suatu malam saya tertidur sebelum Uda telpon, pagi saat awal membuka mata bahkan saya lupa mengangkat kedua tangan untuk berdo'a, tangan ini lebih memilih memencet keypad HP dan memastikan ada satu panggilan tak terjawabdari Uda, kadang yang saya harapkan tak ada, satu panggilan tak terjawab yang mengantar tidur atau menyapa bangun dari Uda tak ada, ini yang membuat saya bergumam kecil "hemmm...gak ada, kemana ya???". Mungkin saya sudah mulai tergantung dengan mendengar suara Uda sebelum terlelap, diam-diam saya khawatir dengan perasaan saya sendiri,tak ada yang bisa menjaga perasaan ini kecuali diri saya sendiri. Suatu saat ketika saya mulai menunggu lebih larut dan Uda mulai bosan mengantar saya mengantuk maka sayalah yang akan berada dalam keadaan sulit. bagaimanapun tergantung adalah hal yang sangat berbahaya, saya akan semakin sulit mengantuk dan tertidur, bahkan mungkin akan gelisah semalaman, ini sangat saya takutkan, tepatnya saya takut kecewa.

Uda,,,,saya ingin Uda lebih sabar menunggu, melibihi sabar saya menunggu tiap malam, entah sampai kapa saya siap, sayapun belum tau, saya masih terlalu takut menceritakan sejauh ini saya melangkah pada bapak, saya tau semakin saya mengulur waktu, maka semakin jauh saya melangkah, dan saya benar-benar belum berani untuk saat ini. Tapi keputusan hidup Uda sepenuhnya ada di tangan Uda, Uda berhak memilih jalan hidup Uda, MENUNGGU ATAU PERGI, Uda menunggu saya senang Uda pergi seharusnya saya tenang, tapi saya harap Uda tidak berfikir saya main-main dengan komitmen kita jika saya berkata demikian. Bukankah saya dan Uda sama-sama sepakat bahwa hubungan kita tidak mengikat. Saya senang Uda ada untuk saya

Selamat malam Uda...
Saya sudah mulai mengantuk menunggu, sepertinya malam ini Uda tak menyapa, tak apa, seharusnya saya mencoba untuk terbiasa

Selamat malam Uda...
Jangan diamkan saya seperti ini Uda,,,saya bingung. Apa yang saya gelisahkan saat Uda diamkan saya benar-benar buat saya kepikiran. Mungkin benar saya mulai tergantung pada Uda, saya mulai menikmati menjadi bagian dari hidup Uda. Mendengar Uda cerita, digoda dengan pura-pura mau selingkuh, ejekan Uda yang jelas-jelas bilang saya jelek dan hal-hal lain yang saat ini saya sudah terbiasa.
Maafkan saya untuk yang kemaren, jika ini yang menjadi alasan Uda mendiamkan saya, maafkan saya saat tanpa sadar saya buat Uda jengkel, maaf karna saya gak kasi perhatian waktu Uda pusing, bukan niat gak perhatian Uda, tapi saya gak enak sama Uda, lebih besar rasa khawatir saya akan respon Uda dibanding khawatir saya akan keadaan Uda. Saya khawatir Uda gak nyaman dengan saya terlalu banyak tanya ini itu. Saya khawatir Uda terganggu ketika saya telpon, saya hanya khawatir Uda marah Uda kecewa Uda gak suka, maafkan saya Uda, ternyata saya masih belum faham untuk bersikap.

Catatan 3 hari dalam gelisah

Selasa, 07 September 2010

Manis Dan Semut

Orang bicara manis adalah madu, itu biasa
Orang berkata manis adalah tebu, itupun biasa
Orang berkata manis karna tak tau, hampir menjadi biasa
Banyak cerita tentang manis dan semut
Tapi belum dengarkah kau mengenai manis yang manis rasa saat semut menggiring rasany
Kadang keringat semutpun jadi ikut asin
Manis dan semut akan jadi cerita
Menjadi fenomenal dan akan dikenang
Saat tiap langkah semut meneteskan keringaj
Dan orang kira manis yang digiring sedang dilupa
Salah...

Sabtu, 03 Juli 2010

Wednesday

Entah dengan kata apa aku harus memulai. Yang jelas masih dalam konteks mengeja dan membaca dari apa yang direfleksikan cermin-cermin kehidupan yang sempat aku perhatikan. Aku nggak pernah bilang apakah ini ejaan atau hasil bacaan yang benar. Aku senang istilah “mengeja dan membaca” dengan tidak melupakan kata ‘belajar’ pada kata sebelumnya, karena istilah tadarrus pernah sempat kau mempertanyakannya. Mungkin karena aku sangat perasa atau lebih tepatnya sensi banget, pertanyaan itu terdengar bernada sangat minor penuh emosi dan nggak bersahabat. Aku pun cukupkan memakainya setelah itu. “Tadarrus yang nggak usai melengkapi catatan hidupkku”. Bukan berarti tanpa dasar aku sekarang lebih senang dengan istilah ‘belajar mengeja dan membaca’. Aku sengaja tidak membicarakannya agar kamu tidak bingung lagi harus membalas apa dan bagaimana seperti biasanya setelah membaca tulisanku. Kamu boleh mempertanyakannya kalau mungkin dengan 5W dan 1H plus dengan kombinasi-kombinasinya.Kalau kemarin aku ucapkan terima kasih, sekarang pun tetap sama walau obyek refleksi cermin-cermin itu mengajakku menengok ke dalam. Realitanya tuhan telah menciptamu dan Dia telah mengizinkanku mengenalmu sehingga kamu, sekali lagi, menjadi media bagiku untuk ‘belajar mengeja dan membaca’ malam ini. Aku berharap tulisan kemarin membawa satu ketenangan baru dalam hidupku. Ternyata… entah suara apa atau siapakah ia yang memaksaku masuk pada kegelisahan baru. “Benarkah ini bentuk kepasrahan? Benarkah ejaan dan hasil bacaanmu itu ado? bukankah Dia menciptakan segala kemungkinan rasional sekaligus irasional? Dengan satu ejaan dan bacaan kemarin bukannya itu berarti kamu telah, dengan bukan bahasa verbal, mengatakan bahwa ejaan dan hasil bacaan ini benar? Sombong banget. Bahkan itu juga memungkinkan dimaknai kamu putus asa akan nikmat-Nya dan bukanya malah pasrah? Benarkah dengan tidak lagi berani mengharapkannya merupakan jaminan kamu telah mensyukuri nikmat-Nya? Bukankah dengan tetap berusaha sedaya upaya, tentunya yang tidak melanggar aturan-aturan yang ditetapkan-Nya, kemudian menyerahkan apa pun hasilnya adalah makna dari pasrah yang sesungguhnya? Sebenarnya kamu cuma cari alasan pembenar tindakanmu saja kan ado..? pada dasarnya kamu itu pengecut, kamu tidak berani memperjuangkan perasaanmu. Kalau tidak demikian, lantas mengapa hari-harimu selalu dibayangi anak itu? otakmu penuh memikirkan anak itu. kamu kehilangan kewarasanmu. Belum tentu ia di sana ingat kamu. Kamu hanya takut akan kesan negatifnya padamu kan? Kamu egois banget. Kenapa mesti takut? Bukannya ia sering bilang “biasa aja”? kenapa kamu masih tidak percaya biasanya itu benar-benar biasa? Kamu selalu menuruti perasaanmu yang menganggap itu ‘biasa yang tidak biasa’. kamu memang sulit untuk mengerti dan dimengerti, ………………………………………………………………………………………………………….”Semua ini sangat melelahkan. Sebenarnya banyak sekali yang ingin ku tulis. Tapi, entah mengapa aku jadi malaassssssssssssssssssssss banget. Aku hanya ingin kamu ucapkan selamat tidur padaku dari mengingatmu. Setelah itu kamu boleh tertawa sepuasmu. Kabarkan pada semua orang bahwa aku memang tidak pantas untukmu. (Maaf untuk yang ini)

kesalahanku adalah aku berpikir kalo aku penting sehingga aku mesti peduli dengan kesan orang. padahal kenyataannya aku nggak pernah penting. terserah kamu mau bagaimana. semuanya uda nggak penting. silahkan berbuat sesuka hati kamu. mau biasa oke, biasa yang nggak biasa pun oke.

Me

facebook aku