Selasa, 08 Juni 2010

Cerita

Pagi ini aku pilih sarapan sedikit beda dengan pagi-pagi sebelumnya, pagi ini aku hanya mencicipi sepotong coklat itupun tak sampai sedikit bersisa, aku tinggalkan diatas meja berharap mungkin ada semut-semut yang mau membantuku menghabiskan, aku menunggu lebih dari setengah jam, dalam penantian membosankan seperti seorang lelaki disamping waduk menunggu kailnya digaet ikan. Agak terasa lelah kemudian aku mengalihkan diamku pada hal lain, pergi meninggalkan sisa potongan coklat dalam keranjang sampah, aku membuangnya sia. Besok lebih pagi lagi aku akan sarapan menu yang berbeda, dalam benakku hari ini berkata bahwa manis bisa saja aku rasa sekecap saja jika aku mau, dan bisa lebih lama jika aku kembali mau.
Habis sudah seharusnya apa yang harus diingat, sebenarnya tulisan ini sengaja aku tulis karna ingin sedikit merampungkan ingtanku tentang seseorang, bukan untuk mengenang sebenarnya, sekedar agar aku menjadi benar-benar sadar, Rupanya aku masih ingin mengurungkan niat untuk menulis rangkumanya, tapi ternyata otakku sedang maju mundur antara terjal dan dangkal, antara sakit dan senang, antara berani dan enggan, Dan akhirnya khawatirku menjadi menang, namun jariku memberontak tetap saja menari.....hemmmmmm....lucunya satu tubuh dengan banyak obsesi

Sebelum Ramadlan di tahun 2007
Kalau hendak diibaratkan, saat itu aku seperti anak ayam yang masih begitu merah, berkotek-kotek kecil memberanikan diri menyapa ayam lain yang sudah lebih dulu menetas. Mencoba mengenal orang baru, hal ini yang waktu itu aku lakukan, hingga kebetulan atau takdirkah waktu itu aku menjadi mengenal seseorang. Mengaguminya, itu dia. Tapi waktu itu aku bukan perempuan kecil yang senaif perempuan lain. Aku tak pernah menutup telinga tentang orang ini, aku masih mendengar walaupun tak melihat, sebagian kesalahanku terletak disini, ketika aku terlalu banyak mendengar dan sama sekali tak hendak melihat. Saat itu dalam fikiranku terlintas "se-enggaknya aku dengar"
Orang ini rajin menyapaku, lewat ucapan selamat, teguran sederhana dan beberapa hal kecil yang mungkin lebih banyak aku lupa. Untung aku gak segitu bodohnya. Sekarang saat aku mengingat aku tertawa kecil, tertahan sekali

Tiga tahun yang lalu
Orang ini membuatku takut, menyapa dengan sapaan berbeda, tak pernah aku dengar seserius ini sebelumnya. Kali ini aku kembali tertawa kecil dan sedikit aku lepas. Bodohnya aku percaya, bodohnya aku gede rasa, bodohnya kala itu aku tersenyum, aku memang tak pernah menutup telinga, tapi bukan berarti dengan demikian kemudian aku mati rasa, bodohnya aku senang, untungnya aku masih pandai bersembunyi, sehingga jika saat ini aku mulai dapat mendengar dan melihat aku tak terlalu banyak menyesal pernah senang, karna saat itu aku senang dalam hati. Aku ingin tertawa lagi kali ini, lucu melihat diriku sendiri dalam ingatan. Benar bila dikata "Jangan buat kenangan yang membuat sesal dimasa nanti". Tiga tahun lalu aku begitu memegangnya, untuk itu senyumku ku sembunyikan. Saat ini ingin rasanya orang itu melihat aku tertawa kecil, menertawakan cerita kami tiga tahun yang lalu, mungkin dia yang menyesal pernah begitu dekat menyapaku, tapi mungkin juga tidak, karena sampai saat ini dia masih di sini. Bukan...bukan disampingku...bukan juga di hati dan fikirku...tapi di dunia maya ini. haha

Beberapa bulan yang lalu dalam keadaan masih gede rasa
Masih tentang orang yang sama, orang yang sempat buat aku terkagum-kagum tapi setengah hati bilang benci, sulit menceritakan, melukiskan, menggambarkan semua apresiasiku mengenai orang ini, aku mengaguminya tapi memanggilnya GERANDONG *mungkin pernah baca di beberapa kisah di blog ini*. Aku marah padanya tapi kata-katanya selalu membuat aku tersentuh. Berkali aku mencoba biasa, tapi ternyata tak bisa sebiasa biasanya. Aku bodoh memaknai rasaku sendiri. Dia masih ada sampai saat ini, tapi masih tidak disisiku, karna mungkin takan pernah terjadi. Aku hanya terjebak dalam catatan panjang yang membuat aku melayang, kasian aku,,,ini penjara yang mematikan. Tapi aku tidak mati.

Ramadahan 1 Tahun yang lalu
Kisah ini menjadi awal aku marah dan menangis pada ibu, menjadikan catatan hitam yang sekarang tak lagi hitam, dan saat hal itu terjadi aku menjadi manusia terbodoh dalam berbahasa, pun dalam bahasa mata aku tak bisa

November tahun lalu
Bukan dengan lelaki yang aku sebut Gerandong atau yang lain, orang ini hadir membuat aku gagu di hadapan ibu, membuat aku menangis sejadinya tanpa dipeluk, aku pernah mengisahkan tentangnya di blog ini pada cerita Gadis Part I, tapi laki-laki itu sudah tak ada saat ini, sudah bertemu dengan rusuknya yang hilang pada hari ini, LEGA rasanya, semoga yang terbaik menjadi bagian dari hidupnya, Amin...

Ramadhan tahun ini
.................................................................rahasia ..... masih dijalani jadi malu yang mau cerita

Me

facebook aku