Selasa, 24 November 2009

Kalau Boleh Tuhan Menjamah

Kalau boleh tuhan menjamah hari ini

Demi hamba yang terduduk
Melihat malaikat tak jadi masuk temui hamba
Malaikat sekedar berkelebat
Hari ini malaikat tak jenguk hamba tuhan
Mungkin karna malaikat tak lihat nama hamba dalam daftarnya
Atau tuhan sedang tak ingin malaikat menyapa hamba
Akankah tuhan tak perintahkan malaikat?
Untuk sekedar meninggalkan jejaknya

Kalau boleh tuhan menjamah siang ini

Demi hamba yang tercengan
Melihat malaikat yang hanya kibaskan jubahnya
Kuasa Engkau bergerak atas kehendak Engkau
Apalah hamba, yang kecil dari yang kecil

Kalau boleh tuhan menjamah malam ini

Demi hamba yang terenyuh diatas tanah
Perintahkan malaikat mampir
Dan beri hamba sehelai sapu tangan
Demi rasa takut hamba
Melihat malaikat yang sekedar lewat sejak pagi

Kalau boleh tuhan menjamah

Jamahlah hamba
Disetiap kasih sayang
Disetiap nikmat
Disetiap karunia
Karna hanya Engkau yang mampu menjamah

Keong...Semangat!

Belakangan ini jadi terasa ga' enak banget
Mungkin benar kata orang
Ada kalanya manusia akan menjadi lebih buruk dibanding keong
Saat ini aku sedang berjalan lambat selambat hewan berlendir itu

Membuat hal yang menyenangkan buat aku lebih suntuk dari sebelumnya
Sedang menyesal mungkin
Beberapa hal yang aku sesali akhir akhir ini

1. Sedang sering ngeluarin kata dengannada menyindir
2. Sekali kasar sama ibu dan bapak
3. Lari dari mudir karna taut dapet tugas
4. Ganti nomer karna pengen tenang
5. Acuh sama kerjaan yang harusnya jadi tanggung jawab aku

Hempsssssszzzzz
Kenapa tiba-tiba lelah selelah ini?
Kenapa mendadak jatuh sesakit ini?
Aku ga' mau nyalahin siapapun
Yang sudah turut nyubangin suasana keon beberapa hari ini
Gimanapun yang paling berperan nyiptain suasana itu a aku sendiri

Maaf saja untuk semuanya
Mungkin kadang marahku untuk semua sengaja aku jadikan alasan
Padahal ga' seharusnya gitu

Mulai hari ini
Meskipun aku masih selambat keong
Aku akan mencoba melangkah
Bukan lagi ngesot
Mesti semangat
Biar orang sekitar ketularan semangat aku

MARI BANGKIT BERSAMA

Rabu, 04 November 2009

Saat Benci yang Aku Ingkari, Harus Aku Akui

Aku sedikit menyesal
Karena pernah menganggap aku tak perlu marah padanya

Saat ini ia sedang tertawa
Menikmati makian yang aku gagalkan untuknya
Saat ini ia sedang berbangga
Menang atas kemenangannya yang tlah buatku malu
Saat ini ia sedang jumawa
Merasa aku sudah jatuh, padahal tidak

Aku sangat menyesal
Karena pernah membuatnya terbebas dari rasa bersalah

Kali ini ia menganggapku malu
Padahal aku sedang menjaga
Menjaga aku dan perasaan lain disisinya

Jika ia berharap aku tau
Bahwa betapa RUGInya aku telah mengenalnya
Ia benar-benar telah mengajariku
Bahwa untuk apa aku mengenalnya
Bahwa untuk apa aku pernah menghormatinya

Ia hanya sebatas kambing berjenggot
Yang hari ini benar-benar seharusnya aku marah padanya

Terimakasih....
T'lah buatku sadar, bahwa aku dalam posisi RUGI

Terimakasih....
ANDA ajarkan aku banyak hal

Gadis Part I

Ada cerita sedikit mengerikan di bulan November, seorang gadis yang ternyata belum pernah membuka mata, saat ini ia dihadapkan pada sebuah pelajaran mahal, dimana ia belum pernah tau dan mendengar.
Tempat ia berlari sedang lari, tempat ia memeluk sadang menengadah entah. Ibaratkan ia hanya ada sendiri.
Seorang datang hendak menyapanya, menyapa dengan sapaan yang berbeda.
Ia mengis kencang dan berbicara dalam hatinya, ia berteriak tanpa ada yang harus dengar, ia mengaduh tanpa ada yang merasa ia sedang beraduh

"Tempat untuk berbahagia itu ada di
sini. Waktu untuk berbahagia itu kini.
Cara untuk berbahagia ialah dengan
membuat orang lain berbahagia"
-- Robert G. Ingersoll"

"Aku mengaduh hari ini, saat orang yang aku panggil ibu datang bertanya hendakkah atau tidakkah engkau putriku? saat itu aku menggeleng tidak, dengan kukuh berkata tidak, orang yang kubanggil ibu kembali bertanya, kali ini matanya berkaca dan berkata jangan takut sayang, jangan malu pada ibu, ibu hanya ingin tau, apakah orang Agung ini punya tempat dihatimu?" aku kembali menggeleng dengan mata tertunduk dan rasa tak enak menyerap juga mengalir bersama dinginnya keringat, ibu tak pernah mengajakku untuk berbicara tentang hal ini, baru kali ini ia datang dan menanyaiku, aku tak terbiasa dengan hal macam ini, teriakanku selama ini dengan berkata AKU MASIH KECIL adalah bentuk aku sedang berlari, berlari dari kenyataan bahwa seharusnya aku mulai berfikir tentang ini. Ibu kembali bersuara Apa alasanmu Nak? kali ini suara ibu terdengar lirih sekali, sangat lirih entah karena suaranya bergetar, atau aku yang sedang gemetar, sungguh aku tak percaya ibuku berbicara sebeban ini. Kenapa ga' dari dulu bu? ga' pada saat segenting ini, aku merasa dirongrong pertanyaan. Kali ini aku kembali menggeleng dan hanya berkata Saya ndak tau alasannya. Ibuku mengehela nafas, tanpa memegang tanganku, tanpa hendak memelukku ia berkata Karena ia adalah orang Agung? Pada saat itu aku ingin bilang, Ibu peluk aku, aku begitu takut pada mu, pada tatapan matamu, mengapa engkau tak seteduh kemerin dan sebelumnyya, saat menanyakan berapa uang yang aku butuhkan, apa yang aku inginkan dan lain sebagainya. kali ini mata teduh ibu begitu menakutkan, aku benar benar takut pada mata ibu, namun kembali aku menggeleng Tidak. kembali ibu bertanya Ada yang sudah menempati tempat indah itu nak? aku mengernyitkan dahi dengan pertanyaan ibu kali ini, dalam hati aku berkata Setidak percaya apakah ibu padaku, sampai hati berfikir bahwa aku seburuk itu, Aku bukan gadis berani bu, aku bukan anak sedemikian ibu fikir. Tapi aku cukup berteriak dalam hati, kenapa lidah ini tiba-tiba menjadi kelu? tetap aku menggeleng untuk pertanyaan ibu kali ini. Hingga kemuadian ibu bertanya kembali Apakah orang Agung ini membuatmu tak enak untuk memandang? Demi tuhan aku tak sangka ibu akan berkata demikian menyakitkan, entah apa yang ibu fikir tentang aku, benarkah ia berfikir aku seterbang ini? Lagi-lagi aku menggeleng. Kalau kau menggeleng untuk semua pertanyaan yang ibu tanyakan, lalu apa yang membuatmu menggeleng untuk pertanyaan pertama ibu? Kembali aku menggeleng, menggeleng dan terus menggeleng. Ibu aku takut padamu, aku sungguh tak tau, aku sungguh begitu bodoh, maukah engkau menjawabkannya untukku? Bodohnya aku hingga bicarapun aku tak mampu. Aku terdiam lama, selama itupun ibu tak menepuk pundakku, ingin rasanya menangis, tapi masih aku rasa tak pantas, sampai akhirnya ibu kembali berucap Kau merenunglah untuk sepekan, Dia orang Agung, tak pantas untukmu menggeleng, Berfikirlah lagi. Dalam hati aku berteriak Ibu aku mengenalnya, sempat berbicara dengan keAgungannya, sempat berdiam dengan bosan di tempat Agungnya, aku tau keAgungan yang ada padanya takkan pernah membuatku nyaman. Dengan fikirku demikian kembali aku menggeleng dan dengan lirih berkata Saya ndak mau bertempat di tempat agung ini bu....

Ibu pulang, dengan memberiku PR untuk berfikir, Aku meratap dari jauh
Ibu....mengapa engkau biarkan aku besar di tempat ini, tanpa engkau ajarka tentang hal ini, kenapa engkau tak coba pahami gelengan kepalaku, sejak dulu, sampai saat ini aku menggeleng kembali, kau tetap tak fahami. Ibu....aku benar-benar menolak karna banyak hal menakutkan yang aku rasa demikian menohok.
Ibu....Aku ingin kau mendengarkan aku dan memintaku bercerita, tanpa ajukan sedikitpun pertanyaan. Aku ingin kau memintaku berkata dengan tenang, memelukku dan menghilangkan rasa takut ini
Ibu....aku begitu bodoh untuk kali ini, PR dari mu untuk berfikir benar tak bisa aku kerjakan dengan baik.
Aku takut karna aku merasa sendir, kenapa ibu tak katakan bahwa ibu ada bersamaku, kenapa ibu tak bilang bahwa ibu sedang ada denganku? mengapa saat ini aku rasa ibu begitu jauh, begitu tak mendengarku, begitu tak tersentuh
Haruskah aku berkorban demi ibu huntuk hal seAbadi ini
Dia memang orang yang begitu Agung, mungkinkah aku dapat keAgungan lain yang nantinya aku yang mengagungkan?

Maaf Bu....Saya Ndak Bisa.....Maaf dengan hormat

Me

facebook aku