Sabtu, 23 Januari 2010

Aku Pergi, Karena Betapa Bodohnya Aku

Bolehkah dengan dalam merunduk?
Jengahkah jika makin dalam mendekam?
Bodohkan merenung kemudian tertidur?

Sepertinya benar-benar harus sembunyi
Mendekam seredup angin kala hujan
Dan membiarkan diri diantara riuh asap kendaraan
Adalah salah jika kemudian menghirup pelan

Sepertinya bersembunyi harus benar-benar
Sebelum raja-raja, para tuan, bangsawan dan rendahan layaknya aku datang
Dengan kereta kecil yang ku buat sendiri aku berusaha mengayuh
Sekecil harapanku keringat ini bertarung jatuh

Aku salah...., itu mungkin
Yang aku rasa...
Aku tak pernah menyapa siapapun dengan bahasa kata
Tak pernah menegur siapapun dengan bahasa senyum
Tak pernah bercengkramabersama siapapun dengan bahasa cinta

Tapi mungkin memang aku yang salah
Tempurungku aku lepas
Sisikku aku letakkan
Tanpa sahaja aku berjalan
Sekenan aku mau, Semau aku hendaki
Tanpa berfikir angin sedang ribut disekitar
Asap kendaraan mengepul kencang

Mungkin benar......
Akulah yang harus pergi
Kembali bertempurung
Dan kembali bersisik
Mencoba enyah sesaat
Diam beberapa lama
Mencari sejuk dengan kipas dalam genggam, bukan kipas dari alam
Menghirup embun pada malam, bukan pada asap kendaraan kelam
Aku pergi...
Sampai aku benar-benar harus kembali

Aku tau...semuanya akan berkata
"Betapa bodohnya aku"

1 komentar:

  1. Aku sempat melihat bibir itu, anggun layaknya buah pisang, ketika sang madu berada dalam kerumunan, mungkinkah karena itu sang tuan enggan pergi???

    tenang aja,, klo emang udah takdir menarik mau gimana lagi??? kamu tahu dirimu daripada aku,,

    BalasHapus

Me

facebook aku